Friday, April 4, 2014

Pindah dapur

Weeew sudah lama Dapoer Troelstraweg tidak posting sesuatu ya..Terakhir postingan, bulan puasa tahun lalu...Padahal banyak sekali hal berganti dan tak lagi sama. Penghuni-penghuninya pun sudah berganti-ganti, dan yang paling besar, perubahan itu adalah...dapur ini mestinya berubah nama menjadi Dapoer Kolkakkerweg. Sesuai namanya, si ibu kost, Jeng Dichan alias Jeng Mintje (sekarang nambah sebutan baru buat dia sebenarnya...tapi untuk kalangan pribadi sajah...;), pindah rumah  yang terletak di jalan Kolkakkerweg. Tapi kami sepakat bahwa Dapoer Troelstraweg tidak akan terlupakan (bagi lidah saya sih lebih lancar nyebut Troelstraweg, daripada alamat yang baru ini), so kami tetap melestarikan blog ini dengan nama Dapoer Troelstraweg.

Kali ini saya ga punya cerita khusus..atau topik hangat yang gayeng  (eh ya harus make bahasa yang dimengerti Jeng  Rantje, penghuni depan kamar saya di Kolkakkerweg) asyik untuk diobrolkan di blog. Walaupun sebenarnya dapur Kolkakkerweg dan di meja makan tidak pernah sepi dari obrolan, dari mulai misteri hilangnya pesawat MH 370, Indonesian Idol (kesukaan Jeng Mintje), Master Chef (kesukaan Jeng Mintje lagi), sampai gosip artis dan para candidate PhD (nah lho..maksudnya 'PhD' itu ya kehidupan kami-kami ini sendiri... ;).

Ya udah sih..tulis aja resep paling hot minggu ini...Beneran hot karena memang make cabe super pedhes...bikin nambah nasi berkali-kali..dan menjadikan bobot badan ideal hanya khayalan...

Saya pilih  resep hot kali ini adalah Plecing Ayam. Tiga hari lalu kami memasak plecing ayam, bukan karena kepingin banget..tapi karena punyanya di kulkas hanya ayam. Sebagai pendampingnya pun bukan kangkung, melainkan bayam...yah dinikmati sajalah...tapi hasil masakannya ternyata luar biasa ..ehemmm..

Plecing Ayam

Bahan:

Ayam
Kangkung / bayam

Bumbu ayam:

Cabe merah / rawit merah
Bawang merah
Bawang putih
Terasi
Kencur
Tomat
Garam
Gula pasir
Daun jeruk

Bumbu bayam:

Cabe merah / rawit merah
Bawang merah
Bawang putih
Terasi
Kemiri
Tomat
Garam
Gula pasir

Cara :

1. Haluskan bumbu untuk ayam, kecuali daun jeruk
2. Tumis bumbu untuk ayam dan daun jeruk, masukkan ayam ke dalam tumisan
3. Panggang ayam dalam oven
4. Rebus bayam, tiriskan
5. Sangrai : cabe merah, bawang merah dan putih, kemiri, dan terasi. 
6. Haluskan bahan bumbu yang telah disangrai, haluskan tomat
7. Tumis bumbu hingga matang
8. Siramkan pada bayam yang sudah direbus











Gitu dech..saya menyadari kali ini memang garing, termasuk foto-fotonya..entahlah, kegalauan tingkat tinggi seorang kandidat PhD yang sudah expired..:D

Wageningen, 3 April 2014
Jeng Nyonyah...

Sunday, September 8, 2013

Judul aslinya: Menu di bulan puasa keluarga Troelstraweg...

Judul asli blog ini sebenarnya adalah "Menu di bulan puasa keluarga Troelstraweg".. Tapi berhubung penulis blog sedang 'sibuk' (baca: males..:D)..maka tulisan ini nangkring di 'draft' cukup lama...

Hmmm tapi tak ada salahnya tetep dipublish ya ...here it is....taraaaaa...

____________________________________________________________________________ 


Bulan Ramadhan kali ini jatuh di musim panas (summer) dengan panjang waktu terang (daylight) lebih dari 18 jam.  Kami menyantap sahur sekitar pukul 2.45 dan berbuka sekitar pukul 21.50.  Cukup panjang bukan ? jam-jam kritis  pada pukul 11.00-13.00 siang...apalagi jika teman sekantor bekerja sambil menikmati secangkir kopi....hmm tapi ini kasus khusus untuk saya yang sudah addicted kopi, kalo jeng Mince musuhan sama kopi... 

Efektifitas kerja saya jadi agak kacau pada bulan puasa ini. Selain karena waktu puasa yang panjang, juga karena inspirasi menulis saya kadang harus didorong oleh secangkir kopi..Oleh karena itu saya jadi mengatur jam kerja. Pagi hingga sore di kantor, tetap berusaha bekerja (walau tidak optimal), dan pulang ke rumah lebih awal (pukul 5). Saya dan Jeng Mince sering pulang bareng, karena kantor dia sudah pindah dekat kantor saya. Kami biasanya mampir supermarket sebelum pulang ke rumah. Di rumah kami istirahat sebentar, lalu memasak. Setelah berbuka sekitar pukul 22.00, saya mulai kerja lagi hingga saat sahur. Energi dari asupan makanan dan secangkir kopi bekerja cukup efektif bagi saya..

Jam berpuasa yang panjang tersebut memang harus diisi dengan berbagai kegiatan. Saat weekend terkadang justru menyiksa, jika tidak ada kegiatan apa-apa. Yang terjadi kadang kami tidur siang cukup lama dan ketika bangun, badan terasa lemas dan lesu. Tapi hari sabtu yang lalu kami bersepeda ke Ede dan shopping di centrum karena Jeng Mince mau mudik sehingga perlu membeli oleh-oleh. Memasak adalah kegiatan yang cukup mengasyikkan sembari menanti jam berbuka puasa tersebut. Setelah memasak biasanya kami nonton video-video di youtube..salah satunya adalah : Malam minggu Miko dan stand up comedy  nya Raditya Dika ..sayangnya semua episode sudah selesai kami tonton saat ini..

http://www.youtube.com/watch?v=UmAQ6iuMJn8

Masakan-masakan Dapoer Troelstraweg untuk berbuka puasa antara lain adalah :

Menu pembuka 


1. Es buah
Simple saja dengan mencampur berbagai buah seperti apel, melon, mangga, cantaloupe, cincau hitam dll ke dalam air sirup atau air gula, ditambah dengan es batu.  


Es buah

2. Rissoles

Bagian paling sulit dalam membuat rissoles adalah membuat kulitnya. Jeng esteh ternyata jago dalam membuat kulit rissoles, hasil suka ngekor ibunya rewang di tetangga. 

Bahan :

Kulit
1. 4 sdm penuh tepung terigu
2. 11/2 gelas susu cair (halfvole milk)
3. 1 butir telur
4. 1 sdm mentega dilelehkan dan ditunggu hingga dingin

Isi :

1. 1/4 kg ayam fillet 
2.Wortel potong dadu kecil-kecil
3. Daun bawang
4. Bawang bombai
5. Merica
6. Pala
7. Susu cair
8. 2 sdm tepung terigu / maizena

Minyak goreng
1 butir telur
Tepung panir

Cara

Kulit :
1. Susu cair dicampur dengan telur terlebih dahulu, lalu masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit hingga rata
2. Masukkan mentega cair yang sudah dingin
3. Olesi wajan teflon dengan minyak 
4. Dadar adonan 
5. Hasil dadaran ditumpuk dengan diberi pemisah kertas minyak atau daun pisang

Isi (raghout)
1. Rebus ayam fillet. Suwir-suwir atau iris lembut.
2. Tumis bawang bombay yang sudah diiris
3. Masukkan potongan wortel dan ayam 
4. Bubuhi garam, merica dan pala
5. Masukkan daun bawang
6.Tambahkan susu cair dan tepung terigu
7. Aduk hingga mengental 
     
Bungkus raghout dengan dadar. Masukkan ke dalam kocokan telur dan gulingkan di tepung panir. Goreng.

Rissoles
3. Bakwan legendaris

Bakwan ini punya keunikan tersendiri dengan rasanya yang crunchy...resep aslinya sebenarnya turun temurun dari Teh Yayu, lalu ke Teh Ais dan sekarang ke Jeng Minche.. 

Bahan :
1. Wortel
2. Kol
3. Tepung terigu
4. Bawang putih
5. Merica
6. Garam
7. Minyak goreng

Cara:
1. Potong wortel sebesar batang korek api
2. Iris kol tipis-tipis
3. Campur dengan tepung terigu, bawang putih yang dihaluskan, merica, dan garam 
4.Tekan-tekan adonan dengan menggunakan ujung suthil (sodet,Ind.) sambil mencampurkan seluruh bahan..Gunakan seluruh kekuatan lengan anda...hitung-hitung gantinya fitness..bisa membentuk perototan lengan anda..
5. Jika adonan terlalu padat, bisa ditambahkan air sedikit
6. Goreng bakwan...

Bakwan legendaris
4. Kremes ubi

Ini resep nya Jeng Mince..tapi sepertinya saya familiar, dan saya menyebutnya 'grubi' snack favorit jaman kecil

Bahan:

Ubi
Gula Jawa
Minyak goreng

Cara:
1. Potong ubi sebesar batang korek api 
2. Goreng ubi hingga kecoklatan
3.Panaskan gula jawa tanpa air (karamel)
4.Masukkan ubi goreng ke dalam gula karamel panas-panas
5. Bentuk bulatan-bulatan

Keremes ubi
Menu utama

Tahu kecap

Bahan :

1. Tahu putih
2. Kecambah
3. Kol 
4. Bawang merah goreng
5. Kecap manis

Bumbu:
1. Kacang tanah goreng
2. Bawang putih
3. Cabe rawit merah
4. Jeruk sambal

Cara :
1. Goreng tahu putih hingga kering
2. Rebus kecambah
3. Potong kol mentah
4. Tumbuk kacang tanah goreng  dan tumbuk kasar bawang putih dan cabe rawit merah
5.Cairkan bumbu yang dihaluskan tersebut dengan air jeruk sambal. Tambah kecap manis 
6. Tata tahu goreng, kecambah rebus dan kol mentah, tuangkan bumbu halus dan taburi dengan bawang merah.
Tahu Kecap..
Sementara satu saja dulu ya menu utama nya...tidak enak sama pembimbing saya kalo saya malah produktif nulis blog..dan lambat dalam menulis disertasi...:D

sampai jumpa di episode Dapoer Troelstraweg berikutnya...

salam
Jeng Ny..  














        

Sunday, August 25, 2013

Kepiting Saus Padang dari Troelstraweg

Hari Sabtu (minggu) yang lalu Jeng-jeng Troelstraweg tidak mampu menahan diri untuk tidak membeli capit-capit kepiting yang sedang berenang di kolam es milik, sebut saja, Penjual Ikan di Centrum.
Maka, diputuskan menu makan malam Jumat kemarin adalah KEPITING SAUS PADANG.

Meskipun sempat menggalau beberapa kali karena banyak resep Kepiting Saus Padang yang bertebaran di internet; akhirnya saya mengikuti saran Jeng Nyonya untuk mencoba resep yang ini walaupun dengan sedikit modifikasi.

Kisah memasak Kepiting Saus Padang di Dapoer Troelstraweg dimulai dengan mencuci capit-capit kepiting dan merebusnya sampai capit-capit yang berwarna hitam kelam sekelam langit Wageningen di musim dingin berubah menjadi merah jingga bagai langit Kuta Bali pada waktu senja tiba.


Sambil menunggu capit-capit kepiting direbus, ada baiknya menyiapkan bumbu-bumbu yang diperlukan. Yuk mareee....!!

Berdasarkan resep yang kami tiru, mereka menggunakan daun salam (walaupun pada foto di atas ada daun salam, tapi kami tidak menggunakannya); karena ingin rasa yang sedikit berbeda maka daun salam diganti dengan serai. Kemudian, merujuk resep Soto Ayam dari Jeng Nyonyah yang bahan-bahan bumbu halusnya ditumis terlebih dahulu sehingga aduhai menggoyang lidah bagai irama dangdut melayu, maka saya memutuskan secara sepihak untuk menumis bahan bumbu halusnya terlebih dahulu sebelum diuleg di medan cobek. 

Setelah acara tumis menumis serai, daun jeruk, irisan bawang bombay, dan bahan halus dimulai maka segera ditambahkanlah saus tomat (Heinz), saus sambal (ABC), saus tiram (Maekrua; kalo tidak salah baca), telur, gula (Wester Riet Suiker), garam dan merica. Tidak lupa pula kami tambahkan air rebusan kepiting dan sang aktor utama dalam olahan masakan kali ini: capit kepiting nan merah menggoda. Beberapa menit setelah irisan daun bawang ditaburkan, Kepiting Saus Padang siap dihidangkan. Voila!


Tak lupa, Jeng Rini memasak pendamping sebelah kiri (karena pendamping sebelah kanan adalah nasi) yakni sayur sawi (berdasarkan resep dari Sajian Sedap) supaya Jeng-jeng yang seksi-seksi ini teteup sehat dan bugar. [terdengar sorakan dari kejauhan, "Amiiiin!"]


Ternyata proses menyantapnya lebih seru dari pada proses memasaknya. Karena kulit kepiting yang keras dan gigi Jeng-jeng yang sudah tidak kuat untuk meremukkannya maka dimanfaatkanlah catut peremuk kulit kacang (kenari, almond, bukan kacang kulit ya) untuk membukanya. Terjadi beberapa kejadian luar biasa yang membuat Jeng-jeng di sekitar meja makan selalu merem dan menjauhkan muka bila ada yang berusaha meremukkan capit-capit dengan sekuat tenaga. [Oh, maafkanlah kami Jeng Mince bila kami menodai taplak meja kesayanganmu] Makan malam bisa menjadi arena olah raga pula. Hha!

Setelah makan dan kembali bugar, saking bugarnya, kami melanjutkan malam dengan kembali ke Centrum untuk berbelanja, namun kemudian Jeng Nyonyah memisahkan diri untuk menonton Mas Johny Depp dalam film terbarunya The Lone Ranger, sedangkan saya dan Jeng Rini memutuskan untuk ber-Cicuto. Perjalanan malam itu harus diakhiri dengan melaju kembali ke Troelstraweg karena perut saya rupanya masih belum bisa bersahabat dengan tingkat kepedasan ala Kampuang Nan Jauh di Mato itu.


Sebuah pemikiran yang nakal dan ngasal
Kalau dalam masakan ini digunakan cabai dari Spanyol, saus dari tomat Belanda, saus sambal dari Jakarta, kepiting dari lautan antah berantah, dimasak di dapoer Troelstraweg oleh Jeng-jeng dari Indonesia. Maka, bisakah kita sebut masakan ini Kepiting Saus Eurasia atau Euronesia? 


Buah cermai di kandang bebek,
salam damai dari Troelstraweg
-st-

Thursday, June 6, 2013

Bakwan Kawi Malang

Minggu ini cuaca begitu cerah, tapi kabar dari para peramal cuaca sih minggu depan akan kembali gloomy..hmm..Saya pulang lebih awal karena Jeng Mince njemput..dia ada di Orion, gedung baru wur itu.
Dari kemarin kami pengen bakwan kawi Malang..kan punya stock bakso, dari mamanya si Jeng Mimmie ketika antar Jeng Mimmie ke rumah..Jeng Mimmie beberapa hari ini tinggal di Troelstraweg...Oh ya Jeng Mimmie itu ber-gender sama dengan jeng-jeng Troelstraweg, tapi beda species..:D.

Ngomong-ngomong, karena kita ini tinggal jauh dari sumber segala jajanan..maka jadi kreatif ya dalam hal masak-memasak. Coba saat ini saya di Indo, tinggal manggil tukang bakwan kawi yang lewat atau naik motor sebentar ke warung bakwan kawi. Kata Jeng Esteh, di Malang ada yang jual bakwa kawi, per biji nya Rp. 100,00...mana self-service pula,  lalu menghitung sendiri pembeliannya dan  ninggalin uang di situ..semacam lapak kejujuran kali yak..?

So..ini dia  resep bakwan kawi Malang yang kami buat tadi sore...*Oh ya konon, ini adalah juga hasil wawancara Jeng Mince dengan Cak-cak penjual Bakwan Kawi Malang...:D

Bahan :

Daging / thethelan sapi untuk kaldu
Bakso
1 buah tahu putih besar
Kulit pangsit
Mie kuning
1/4 kg daging giling
5 sendok makan tepung tapioka
2 sendok makan tepung beras
Daun bawang
Cabe rawit merah, direbus, haluskan (untuk sambal)


Bumbu :

Bawang putih
Bawang merah
Garam
Merica

Cara:

1. Campur daging giling dengan tepung tapioka dan tepung beras, garam, bawang putih dan merica yang sudah dihaluskan. Masukkan adonan ke dalam tahu putih yang dilubangi di tengah, dan ke dalam kulit pangsit. Kukus tahu berisi daging tersebut. Pangsit isi daging dapat digoreng atau direbus.
2. Kuah : sementara itu rebus daging sapi / thethelan. Masukkan bakso.
3. Iris halus bawang putih dan merah. Goreng. Haluskan bersama merica dan garam. Masukkan ke dalam rebusan daging sapi tersebut. Masukkan pula irisan daun bawang.
4. Siram atau rebus mie kuning.
5. Sajikan seluruh perlengkapan bakwan kawi, tata dalam mangkuk, tuangi kuah kaldu. Bisa ditambahkan kecap, sesuai selera




.  
.
Selamat mencoba
-JNy-

Sunday, June 2, 2013

Kandidat PhD ori vs KW

Sabtu yang mendung dan berangin sepanjang hari...saya, Jeng Mince, Jeng Esteh dan Jeng Rantje bersepeda ke Ede...Jeng Esteh  pengen ke Xenos, saya dan Jeng Mince pengen beli apa yaa..ge je (ga jelas), mau ke Toko Asia sih yang pasti. Jeng Rantje mau mencari either sepatu atau celana panjang untuk dipake seminar di Antwerp.

Oh ya sebenarnya kami ajak-ajak si Mr. Delta alias pak Y.I., karena beliau nih ngebet banget dengan yang berbau-bau diskon, konon di Ede banyak toko sepatu yang murmer..persiapan buat oleh-oleh yang di rumah, mengingat bentar lagi beliau mudik..Tapi Mr. Delta maju mundur, antara ya dan tidak. Pagi-pagi dia dah nongkrong di Leeuwenborch, lembur. Ya akhirnya dia lebih milih kerja di hari sabtu ini. Suka kami olok-olok..wah kandidat PhD beneran nich..

Tapi ternyata masalah kerja saat weekend dan di luar jam kerja, kemudian muncul istilah nya Mr. Delta, justru yang kerja sampe malam-malam di kantor itu justru PhD KW. Contohnya dia nich (termasuk saya) kerja di kantor dari pagi mpe malam (dia lebih malam katanya dalam 2 minggu ini, sampe jam 9 malam), tapi kerjaan ga rampung-rampung ( sama juga dengan saya..lagi-lagi..:D). Makanya disebut PhD KW. Kalo yang kandidat PhD ori itu adalah yang kerja mpe maksimal jam 5-6 sore aja...dan...pekerjaan SELESAI. Tuh lihat PhD-PhD Belande...banyak yang efisien dan efektif kerjanya...Orang Belanda menyebut diri mereka efisien dan efektif instead of pelit..:D

Ohhh...saya jadi mudeng sekarang kenapa Prof dan Supervisor saya sekarang mendadak dalam beberapa bulan ini menjadi sangat tidak Belanda banget...suka kirim e-mail dan draft tengah malam dan saat weekend, bukan mereka sudah tidak Belanda yang terkenal dengan ke-efisien an n ke-efektifan nya, tapi karena treatment buat saya kandidat PhD KW ini memang mungkin harus begitu...paling tidak saya tidak berhenti bekerja, karena dituntut untuk efisien n efektif kerja nya, otak dan kemampuan sudah sangat pas-pas an...:(.

Tapi ada teman lain group pernah comment ke saya, tiap hari melihat saya duduk seharian depan  PC, kerja, kadang tanpa break dan pasti pulang belakangan, apa kamu ga capek ? Saya jawab, ya mumpung saya di sini, harus hanya fokus dengan kerjaan ini, setiap detiknya sangat berharga untuk pekerjaan ini (PhD). Kalo saya pas di home country, banyak pekerjaan lain dan keluarga. Jawaban saya cukup masuk akal kan? so, it's only a matter of allocating our time, when we are here or in our home country... Karena situasi kita  (PhD sandwich) dan PhD di sini tentu saja beda. Tantangannya juga sangat berbeda.  

Eniwei...yuk kita coba selalu bekerja dan menggunakan waktu kita dengan efisien dan efektif, juga dalam hal apa saja, seperti menggunakan sumber daya alam kita yang sebenarnya luar biasa melimpah. So..be smart, efficient and effective..;)

Tapi hari yang mendung ini, paling ga, para PhD KW (paling ga saya yang paling KW) ini menghabiskan waktu bersepeda dan refreshing..dan sempat nyengir papasan dengan teman PhD yang pulang lembur dari kantor...teringat istilah kandidat PhD ori vs KW ini..

Hmm..obrolan kami beralih dari masalah PhD ori vs KW ini ke menu dinner...karena perut kami mulai terasa lapar. Lagi-lagi Jeng Mince masih ribet masalah kecambah. Rawon tertunda lagi, karena kecambahnya belum tumbuh..:D

Ya sudah akhirnya kami memasak Kari Ayam dan Lumpia. Saya mulai nyiapin bumbu-bumbu (saya paling anti make bumbu jadi, kecuali untuk rendang, karena saya paling malas untuk yang satu ini). Lumpia ala Jeng Nyonya selalu make rebung. Kali ini tidak make ayam, dan diganti dengan udang. Kalo Lumpia Jeng Mince biasanya make sayur dan atau bihun.

Kari Ayam Troelstraweg 

Bahan :

1/2 kg daging ayam, kukus terlebih dahulu
5 butir kentang , potong-potong, goreng
Wortel, potong bentuk batang
Santan kelapa

Bumbu :

Bawang merah
Bawang putih
Cabe merah
Kemiri
Ketumbar
Kunyit
Laos
Jahe
Pala
Sereh
Daun jeruk

Cara:

1. Haluskan bumbu, kemudian tumis
2. Masukkan santan
3. Masukkan ayam, kentang dan wortel.
4. Bubuhi garam dan gula pasir
______________________________________________________________
Lumpia isi rebung 

Bahan :

Rebung
2 butir Telur
Udang / ayam
Kulit lumpia
Daun bawang

Bumbu:

Bawang putih
Merica
Saus tiram
Minyak wijen
Garam
Gula pasir

Cara :

1. Tumis bawang putih hingga harum, masukkan merica,garam, gula, dan saus tiram.
2. Masukkan rebung dan cacahan udang / ayam
3. Masukkan daun bawang
4. Masukan telur yang dikocok
5. Bubuhi minyak wijen
6. Bungkus dengan kulit lumpia
7. Goreng

________________________________________________________

Ok...dech met mencoba...kalo tertarik dengan masakan kami ini..;)

Saya mau lanjut lembur ya, coz'...saya kan kandidat PhD KW ;)

Hasil beli-beli ge je (ga jelas) di Ede

Kari Ayam Troelstraweg

Lumpia




 Salam
Jeng Ny



  

Saturday, June 1, 2013

Menu dinner yang berujung dengan Indomie tidak selalu karena malas memasak...

Jumat yang cerah dan hangat, tapi berangin...

Saya dan Jeng Mince pulang bareng dan kencan di Centrum. Sepeda saya mayan melaju, karena angin berbaik hati, mungkin angin yang ini  rumahnya di Nude...jadi searah dengan sepeda saya...wussshh...mengayuh sepeda seperti didorong oleh angin...

Tak banyak yang kami beli sih, Jeng Mince mampir Zam-zam dan saya hanya beli coffee di Columbus...dan ...olive..(biasa)..Trus ngapain disebut kencan ya...hihihi...Tadinya anak-anak di grup ngajakin hanging out di centrum seeh...tapi saya malas..ingat kata-kata si proof reader yang orang British itu di e-mail nya.." Have a productive weekend.". Hmm karena dia sudah nunggu-nunggu draft saya ini. Selalu menanyakan  (ga tahu kenapa malah jadi dia yang napsu gitu ya..:D)..Okay....berarti saya memang harus nyelesain draft paper saya ini dan segera kirim ke dia. It sounds dia bukan londo banget ya'...nyuruh-nyuruh kerja saat weekend. Tapi sekarang, prof dan spv saya juga mendadak jadi sangat tidak londo...suka kirim e-mail tengah malam dan ngirimkan corrected draft..pfff.. Apa penyakit para senior yang sudah retired memang begitu ? terinngat alm. ibu saya dulu yang susah tidur pada hari-hari tuanya..:(....

Eniwei....

Dari siang masih di kantor tadi, via skype, Jeng Mince dah nanya-nanya, sore ntar mau masak apa..saya hari-hari ini memang geen idee ..no idea..walau persediaan amunisi bahan makanan Dapoer Troelstraweg sangat cukup. Jeng Mince mentioned masak rawon, dia udah beli daging si sapi. Saya bilang, beli kecambah dong..tapi dia kekeh banget mau numbuhin kecambah sendiri...Ya baiklah...toh saya sudah merendam kacang hijau sejak pagi, mau bikin burjo sih yang pasti hanya saya dan Jeng Esteh yang akan makan, karena Jeng Mince tidak suka (apa sih yang kamu suka, Jeng...heraaaan dech, list makanan yang tidak disukai lebih banyak..:D).

Nah tapi kalo masih pake acara numbuhin kecambah, artinya masak rawon nya ya masih besok-besok. Nah malam ini masak apa dong...saya usul Kari Ayam..tapi Jeng Mince kayak ogah-ogahan makan Kari Ayam. Dia nyeletuk, pengen indomie lagi dech....usul ini disambut gembira oleh Jeng Esteh. Nah lho, indomie memang kadang bikin kangen..

So..kami mengeluarkan stock indomie, rebus dan goreng. Kami akan memasak sendiri-sendiri indomie kami, sesuai selera dan SOP (standard operasional pelaksanaan) masing-masing. Jeng Mince dan Jeng Esteh pengen indomie rebus. Saya mau yang goreng sajah. Mulailah memasang alat masak di atas kompor. Pertama Jeng Mince mau merebus mie dan telur nya terlebih dahulu. Tapi rupanya Jeng Esteh memasukkan telur di panci jeng Mince tidak menurut SOP Jeng Mince...akhirnya saya mengalah, telur itu saya pake. Padahal rencana mie saya tidak make telur. karena pagi hari sudah sarapan pake telur rebus.

Indomie saya tak begitu banyak variasi. Lagi gak punya ide. Standard aja make sayur dan cabe. Indomie rebus Jeng Mince dan Jeng Esteh terlihat warna-warni. Oh ya tak lupa kami menggoreng kerupuk kampung sebagai pelengkap dan ditambah acar persediaan kami yang masih ada.

Indomie rebus Jeng Mince dan Jeng Esteh terlihat sama, padahal beda SOP. Misal, jeng mince merebus telur , mie dan sayur sendiri-sendiri, kemudian ditata di mangkuk, diirisin cabe rawit dan tomat cherry baru dituangin air panas. Sedangkan indomie rebus ala Jeng Esteh, mie direbus dan air rebusan diganti, lalu telur dan  sayur dimasukkan dan direbus sama-sama. Tuang ke mangkuk dan ditaburi irisan cabe dan tomat cherry. Lalu, indomie goreng saya..ga usah aja ya..sangat standard kok hehe...

Maka beginilah rupa indomie kami malam itu.. Bukan karena malas...tapi memang lagi pengen banget makan indomie..;)




Indomie rebus Jeng Esteh 
Indomie goreng Jeng Ny

Indomie rebus Jeng Mince

Wednesday, May 29, 2013

Listeria Jeng Mince

Hari yang cerah dan hangat ternyata hanya 2 hari saja..hari ini kembali mendung, berangin dan hujan.. Begitu itulah hidup...

Saat hari-hari cerah Jeng Mince malah ketiban sial...terkena dampak dari orang-orang yang melakukan hal-hal bodoh for no reason (ya iyalah kalo make reason ya ga bodoh namanya), dan orang yang tidak fokus dalam melakukan pekerjaannya.

Pertama, ada yang mematikan mesin percobaannya..karena katanya mesin itu berisik...dan mengganggu konsentrasi. Sungguh pendek ya daya pikir otaknya ini. Kenapa dia tidak mikir mesin eksperimen itu hidup karena tengah bekerja. Alhasil, eksperimen Jeng Mince gatot alias gagal total, belum lagi mungkin alatnya rusak karena dimatikan mendadak begitu...

Kedua, student nya melaporkan kehilangan 100 buah plates ekperimen inkubasi listeria. Maka kedua kejadian itu mengarah pada dugaan-dugaan sabotase dan kriminalitas (kebanyakan nonton criminal mind..:D sekaligus panggung politik Indonesia yang penuh intrik).

Maka di sinilah awal Jeng Mince terkena imbas, dan jadi melakukan kebodohan juga...mengirim e-mail ke seluruh orang di departemen dengan kata pembuka.."Dear Listeria.." :D ...Baru tersadar ketika ada yang reply...kami lantas menghibur..ya sudah ga papa...paling-paling nanti peristiwa itu dipake supervisor mu untuk memberikan speech tentangmu saat defence..Ms. Listeria...;)

Parahnya lagi...si student yang melaporkan kehilangan 100 plates itu ternyata memang tidak pernah melakukan eksperimen pada hari itu. Nah lo...ini kayak kamu melaporkan kehilangan laptop..padahal kamu tidak punya laptop..dan kamu lupa bahwa kamu tidak punya laptop..Student ini rupanya 'blank'...ga tahu dia mikir apa sampai-sampai tidak fokus pada pekerjaannya..

Padahal peristiwa ini sudah membuat heboh orang se lab...semua blue bin dibongkar untuk mencari plates tersebut, karena berisi listeria yang tidak boleh sembarangan dibuang dan mencemari, apalagi ada yang sedang hamil..hmm..

Sabar ya Jeng Mince..hari-hari buruk pasti berlalu..

Sepiring mendoan hangat dan lutis an semoga menghiburmu..




JNy

*Nah ini..kok malah nulis blog di kantor yaaa..lagi ga fokus memang untuk lanjut ke paper berikutnya...tapi setidaknya saya tidak lupa sudah mengumpulkan draft paper sebelumnya ;)



Sunday, May 26, 2013

Ura-ura

Ura-ura dalam bahasa Jawa berarti menyanyikan lagu Jawa. Saya dulu bersekolah di Solo, di mana siswa-siswa SD dicekoki dengan muatan lokal Seni Suara Daerah. Ya, kami belajar lagu daerah lokal antara lain tembang dolanan (lagu permainan) dan macapat. Macapat ini singkatan dari maca papat-papat (membaca empat per-empat), dan mempunyai 11 macam lagu. Saya masih ingat nama dari ke-11 lagu ini tanpa harus nyontek Google. Favorit saya adalah lagu: Pocung; karena biasanya berupa teka-teki. Kebetulan sore ini saya seperti biasa menikmati YouTube dan menemukan salah 3 dari banyak versi lirik Pocung.






Ini liriknya:
(teka-teki 1, tebaklah apakah si 'Pocung')
Bapak pocung
lambemu marep mendhuwur
sabamu in sendang
pencokanmu  lambung kering
prapteng wisma si pocung muntah guwaya

Bapak Pocung
bibirmu menghadap ke atas
tempat mainmu di mata air
tongkronganmu di pinggul
sampai rumah Si Pocung memuntahkan air
tempayan/kendi/botol besar tempat air

(sengkalan, hints untuk teka-teki terakhir )
nganggo payung semplok (kalau memakai payung, payung jadi rusak)
turu omah bobrok (kalau tidur rumah, rumah jadi rusak)
[perhatikan pilihan kata Bhs Jawa untuk mendefinisikan rusak dengan kata yang berbeda-beda]


(teka-teki 2, tebaklah di manakah si 'Pocung')
Bapak Pocung
Pasar Mlathi kidul Denggung
Kricak lor Nagara
Pasar Gedhe Lore Loji
Menggok ngetan kesasar ning Gondomanan

Bapak Pocung,
Pasar Mlathi di sebelah selatan Denggung
Kricak di sebelah utara Nagara
Pasar Gedhe di sebelah Utara Loji
belok ke timur, tersesat di Gondomanan
Yes, Yogyakarta


(teka-teki 3, tebaklah apakah si 'Pocung')
Bapak Pocung
dudu watu dudu gunung
mripat kaya lawang (?!)
sikil bungkul siyung peni
yen lumaku si Pocung lambeyan grana

Bapak Pocung
bukan batu, bukan gunung
mata seperti pintu
kaki buntal besar, taring indah
kalo berjalan si Pocung melambaikan hidung
gajah


Untuk tebakan terakhir di baris ketiga dan keempat, saya tidak yakin akan liriknya karena versi yang saya hapal berbunyi:
asalmu in sabrang, ngon-ingone sang bupati (berasal dari seberang lautan, peliharaan bupati).

Penasaran dengan jawabannya? Silakan mengarahkan kursor dan blok baris di bawah larik terakhir dari tiap terjemahan dan cocokkan jawaban Anda. Sayang, penghuni Troelstraweg hari ini belum masak jadi ga bisa kirim masakan ala Troelstraweg untuk pemenang sayembara Pocung ini.

Selamat berhari Minggu.
Semangat untuk hari Senin.
Salam dari Troelstraweg yang hari ini (masih) agak dingin dan berangin.
-st-

video didownload dari:  Pusat Musik Liturgi Yogyakarta

Wednesday, May 22, 2013

Hari Kelabu (Semoga) Segera Berlalu

Semisal ada teman yang berencana berkunjung ke Belanda, pertanyaan yang sulit dijawab adalah: "Gimana cuaca di sana?". Biasanya kami akan menjawab dengan mengirim website prakiraan cuaca mpamporit kami entah itu accuweather, buienradar, atau teru teru bozu. Oke, contoh yang terakhir lebay.
Cuaca Belanda ini susyaaah ditebak, suka berubah: 'like a girl changes her clothes' kata Mbak Katty Pery. Walau begitu, biasanya prakiraan cuaca per-jam tiap harinya lumayan tepat sih. Makanya kami lebih suka menjawab dengan mengirim alamat website prakiraan cuaca, dari pada menebak-nebak buah manggis [kamu jelek, aku manis :p].

Hari ini pun dimulai dengan pagi nan mendung mendayu-dayu bagai lagu melayu. Dingin. Sekitar tengah hari, matahari KW1 tersenyum manis (mungkin habis lunch), tapi cuma sebentar dan langit kembali bermuram durja [haish, bahasanya...!]. Sore kembali kelabu, menyebabkan hati merasa pilu...

Supaya bersemangat maka ada baiknya makan malam yang berwarna-warni biar hati kembali berseri-seri [emang Solo, Mbak; berseri?!]. Maka diputuskan makan malamnya: Salad Warna-warni, ikan goreng dan sambel cola-colo. Simpel dan seger.


SALAD WARNA-WARNI
Bahan: Paket salad hijau (kami memakai: Paket Salad 'Gemengde' dari Hoogvliet), jagung pipil kalengan (crispy corn), tomat cherry, alpukat, paprika, keju lunak (mozarella), biji-bijian/kacang-kacangan (biji bunga matahari, biji labu dan kaceng mete), perasan lemon, minyak zaitun.

Semua bahan yang bisa dan harus dipotong ya dipotong dan kemudian semuwah dicampur jadi satu.













IKAN GORENG
Bahan: ikan, lemon, tepung terigu, tepung beras, jahe, merica, garam, minyak goreng.

Ikan dilumuri dengan air lemon dan parutan jahe kemudian digoreng dengan balutan campuran tepung terigu, tepung beras, merica dan garam.













SAMBEL COLA-COLO (sambel colo-colo, modifikasi)
Bahan: bawang merah, tomat hijau, cabe, air lemon, garam, gula.

Iris semua bahan dan campurkan.













Bagaimana pemirsa, mudah bukan cara membuatnya? [Mohon dibaca dengan gaya Ibu Sisca Soewitomo].

Sayang sekali Jeng Mince pulangnya malam [rajin bok, rajin! biar cepet lulus. Amin], jadi saya dan Jeng Nyonyah makan duluan sambil menunggu Jeng Mince datang. Kasihan Jeng Mince kalo makan sendirian [alasan nambah sih sebenernya ;)].

Akhirnya Jeng Mince pulang sambil membawa... matahari!! Ya ampyuun... sang mentari kembali bersinar sumringah. Huh, dasar matahari galau tak punya pendirian. Selalu plin-plan dalam menentukan pilihan.
Besok jangan sedih-sedih lagi ya, matahari. Tersenyumlah. Atau... pengen dimasakin apa? Ntar Jeng-jeng Troelstraweg yang masakin khusus buat Neng Matahari deh.

[mohon maaf, karena penulis sudah mulai agak gila maka ada baiknya postingan ini dihentikan sampai sini saja :p]

Salam dari Troelstraweg di suhu 6'C
Selamat Makan!
-st-

Tuesday, May 21, 2013

Sambal goreng tahu & ayam kecap pengusir depresi cuaca kelabu

Topik tiap hari sekarang2 ini adalah tentang ke-gloomy-an cuaca di Belanda, Wageningen khususnya. Bener2 bikin depresi.... Males banget kaan kalo buka jendela tiap pagi, meski spring, tapi ga pernah liat matahari?. Kalo udah gini, kangeeeeeen banget sama Indonesia (plus mas2 kami yg (kata kami) ganteng hehehe).
Makanya, pagi2, saya dan jeng nyonyah udah ribut2 sama penyakit depresi karena ga ada matahari ini. Sering loh kita becanda, bilang kalo matahari di Belanda ini cuma 1, udah gitu KW pula (emang cuma tas yg bisa KW hehe..). Bandingin dong dengan matahari di Indonesia yang bukan cuma original, tapi jumlahnya pun bisa sampe 8! tapi ini si hiperbolanya kakak saya, yang saking panasnya udara di Rembang sampe bilang kalo mataharinya ada 8. Well, that maybe true :)

Anyway, tiba2 saya kangen masakan ayam kecap mba Sum...tapi berhubung di Indonesia sudah malam dan ga bisa nanya, akhirnya saya inget2 aja bumbu yang kerasa kalo saya lagi makan ayam kecap buatan mb Sum. Rasanya agak2 mirip sih, tapi menurut lidah saya tetep aja enakan bikinan mb Sum... Nah sebagai temennya, saya buat sambal goreng tahu juga. Jadinya lauk2 semua deh ga ada sayurnya..itulah, ternyata depresi membuat orang malas berkreasi hehe..

Ayam Kecap Pengusir Depresi Cuaca Kelabu

Bahan : Ayam (goreng sebentar, sisihkan), bawang merah iris tipis, jahe digeprek, daun salam, cengkeh, bumbu yang diuleg: bawang putih dan merica butiran, kecap manis, kaldu ayam, garam, gula, minyak sayur untuk menumis

Cara membuat : tumis bumbu halus dan bawang merah sampe harum, masukkan jahe, cengkeh dan daun salam. Tuang kecap manis, aduk2. tambahkan air kaldu, tambahkan garam dan gula. masukkan ayam yang sudah digoreng, biarkan sampai bumbu sedikit mengental. angkat dan hidangkan.

Sambal goreng tahu

Bahan:

tahu putih potong kotak2 kecil, goreng dan tiriskan
Bumbu iris : cabai merah buang isinya, iris tipis, bawang merah, bawang putih
Bumbu halus: bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai merah
lengkuas digeprek
daun salam
santan
air 
gula merah, garam

Cara membuat:
Tumis bumbu halus, bumbu iris, lengkuas dan salam sampai harum.
masukkan tahu, aduk sebentar. masukkan santan. karena saya pake kara, kuahnya saya tambahin dengan air
tambahkan gula dan garam. tunggu sampai mendidih. angkat dan hidangkan. oiyaa, kalo kurang manis bisa ditambahin gula putih sedikit yaa sesuai selera.




-Mnc-